Jakarta (ANTARA) - Analis Mandiri Sekuritas Henry Tedja mengatakan anak usaha infrastruktur digital berpotensi mendukung pertumbuhan bisnis PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom, kode emiten: TLKM) di masa mendatang.
Ia mengatakan usaha infrastruktur digital tersebut meliputi bisnis data center, bisnis jaringan telekomunikasi last-mile dan backbone, serta bisnis kabel bawah laut.
"Kami melihat anak usaha yang bergerak di bidang infrastruktur digital berpotensi memberikan peningkatan kontribusi pendapatan dan laba bagi perusahaan di masa mendatang," ujar Henry Tedja di Jakarta, Jumat.
Ia menuturkan upaya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang layanan teknologi informasi, komunikasi, serta telekomunikasi digital tersebut untuk memperkuat lini business-to-business (B2B) sudah tepat, mengingat lini bisnis business-to-consumer (B2C) sudah mulai matang melalui anak usahanya, Telkomsel.
Ia menilai kematangan bisnis B2C membuat lini bisnis tersebut hanya bisa memberikan pertumbuhan pendapatan satu digit di level rendah hingga menengah (low-to-mid single digit growth rate).
Sementara itu, Henry menyampaikan potensi B2B sangat besar saat ini ditandai dengan pembangunan data center yang sangat masif di Indonesia, permintaan sistem keamanan siber yang semakin meningkat, serta digitalisasi bisnis untuk meningkatkan efisiensi dunia usaha.
Ia mengatakan hal tersebut dapat membantu Telkom untuk membukukan pertumbuhan pendapatan dua digit di level menengah hingga tinggi (mid-to-high single digit growth rate).
"Hal ini akan membuat perusahaan mampu memberikan perbaikan pertumbuhan pendapatan yang berkualitas di semester II 2025," katanya.
Henry menyatakan pihaknya memproyeksikan segmen consumer (mobile dan fixed broadband), segmen enterprise, segmen wholesale and international, bisnis menara telekomunikasi, maupun bisnis data center dan cloud, sama-sama berpotensi untuk memberikan kontribusi positif bagi Telkom di masa mendatang.
Namun, kontribusi segmen consumer, terutama lini bisnis mobile, terhadap total pertumbuhan pendapatan perseroan kemungkinan mulai berkurang di masa mendatang.
Sedangkan segmen lainnya berpotensi untuk memberikan kontribusi pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi, apabila Telkom mulai melakukan konsolidasi aset dan membuka akses infrastruktur tersebut kepada pihak luar.
"Hal ini juga akan mengoptimalkan asset return (rasio pengembalian atas aset) dalam jangka panjang," tutur Henry.
Telkom membukukan pendapatan konsolidasi senilai Rp73 triliun pada laporan keuangan kuartal II tahun ini, dengan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) konsolidasi tercatat sebesar Rp36,1 triliun dengan margin EBITDA 49,5 persen.
Sementara, laba bersih perseroan menyentuh Rp11 triliun dengan margin 15 persen. Pada kuartal kedua tahun ini, bisnis data, Internet, dan layanan informasi teknologi masih menjadi tulang punggung pendapatan perseroan dengan kontribusi Rp42,5 triliun.
Baca juga: Telkom Akselerasi Ekonomi Digital melalui Teknologi AI
Baca juga: Langkah Strategis Telkom Tingkatkan Market Share B2B ICT di Indonesia
Baca juga: Telkom siapkan AI solution untuk Danantara
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.