Jakarta (ANTARA) - Pasar kripto tertekan tajam menjelang pidato Ketua Bank Sentral AS (The Fed) Jerome Powell pada simposium Jackson Hole akhir pekan ini.
Bitcoin anjlok 3,2 persen ke level 113 ribu dolar AS, sementara Ether terkoreksi 5,3 persen ke 4.100 dolar AS. Sejumlah altcoin seperti ADA, SEI, PENGU dan POL bahkan jatuh lebih dari 6 persen dalam 24 jam terakhir.
Dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, Analis platform perdagangan aset kripto Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan gejolak itu merembet ke saham perusahaan terkait kripto lain, termasuk MARA, COIN dan MSTR yang turut terkoreksi lebih dari 5 persen.
Fahmi menilai kecemasan pasar terutama dipicu oleh beberapa faktor yang mengindikasikan bahwa peluang pemotongan suku bunga The Fed pada September bisa tertunda.
“Faktor-faktor tersebut meliputi tekanan tarif yang berpotensi mendorong kenaikan inflasi lebih tinggi yang didukung oleh sinyal dari korporasi-korporasi soal pembebanan biaya tarif ke konsumen, serta sinyal ekonomi campuran antara pelemahan tenaga kerja dan permintaan konsumen yang tetap kuat,” jelasnya.
Selain itu, faktor ketidakpastian kebijakan ekonomi AS serta potensi perpecahan internal dalam Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menambah alasan bagi Powell untuk mempertahankan sikap hati-hatinya yang telah dijalankan dengan mempertahankan suku bunga di level 4,5 persen sejak Desember 2024.
Maka dari itu, menurut Fahmi, pidato Powell di Jackson Hole akan menjadi panggung krusial. Jika sinyal hawkish ditegaskan, kripto dan saham berpotensi tertekan lebih dalam. Sebaliknya, kejutan dovish, meski kecil kemungkinannya, bisa memantik rebound cepat.
“Investor sepertinya sedang mengambil langkah antisipatif terhadap potensi sinyal negatif dari The Fed bahwa kenaikan inflasi kembali dianggap mengkhawatirkan imbas kebijakan tarif AS yang mulai semakin berdampak. Namun, terlepas dari tekanan dari sisi kebijakan perdagangan dan ketidakpastian arah kebijakan moneter, sejarah menunjukkan bahwa momentum bullish sering kembali pasca-Jackson Hole,” kata Fahmi.
Lebih lanjut, ia menekankan volatilitas pasar kripto saat ini menunjukkan betapa erat kaitannya arah kebijakan moneter AS dengan pergerakan aset digital.
Bagi investor, periode ini menuntut kehati-hatian ekstra dengan manajemen risiko yang ketat, sambil memanfaatkan peluang akumulasi jika koreksi berlanjut.
Fahmi menjelaskan pengelolaan dana secara lebih aktif dalam jangka pendek bisa menjadi strategi menarik di tengah volatilitas pasar saat ini.
Namun, bagi investor dengan strategi jangka panjang buy & hold, momentum koreksi justru dapat dimanfaatkan sebagai peluang untuk melakukan buy the dip.
Ia menilai level 112 ribu dolar AS pada Bitcoin merupakan titik support krusial yang yang berpotensi menjaga tren positif aset kripto terbesar tersebut.
Sementara, bagi investor pemula, kondisi koreksi pasar dapat dimanfaatkan untuk menerapkan strategi investasi rutin atau Dollar Cost Averaging (DCA).
Dalam penerapannya, Fahmi menyarankan agar investor pemula tetap melakukan diversifikasi ke sejumlah koin potensial.
Reku sendiri, lanjutnya, menyediakan fitur Packs yang memungkinkan investor berinvestasi pada berbagai aset kripto unggulan seperti Bitcoin dan Ethereum hanya dengan sekali transaksi.
“Oleh karena itu, investor bisa memanfaatkan fitur yang memudahkan diversifikasi. Seperti Packs di Reku, investor bisa berinvestasi pada berbagai crypto blue chip seperti Bitcoin, Ethereum, dan lainnya dalam sekali swipe,” kata Fahmi.
“Terlebih, fitur Packs yang dilengkapi dengan sistem Rebalancing akan membantu investor menyesuaikan alokasi investasinya sesuai dengan kondisi pasar secara otomatis. Dengan begitu, strategi DCA yang dilakukan dapat lebih mudah, praktis dan optimal,” tambahnya.
Baca juga: Gelar CFX Crypto Conference 2025, kripto jadi pilar ekonomi digital RI
Baca juga: Perkuat pengawasan aset kripto, OJK matangkan penerapan SID
Baca juga: Indodax: Bitcoin sebagai aset cadangan nasinonal perlu dikaji serius
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.