Liputan6.com, Jakarta Jerawat sering diasosiasikan dengan masa remaja, namun kenyataannya, banyak orang dewasa juga mengalami masalah kulit ini. Kondisi ini dikenal sebagai jerawat dewasa atau adult acne, dan bisa sangat mengganggu penampilan serta kepercayaan diri.
Fenomena jerawat pada orang dewasa semakin umum terjadi, bahkan pada mereka yang tidak pernah mengalaminya saat remaja. Ini menunjukkan bahwa pemicu jerawat tidak hanya terbatas pada perubahan hormon pubertas, melainkan ada faktor lain yang berperan.
Meskipun penyebabnya kompleks, ada banyak cara untuk mengelola dan mengurangi jerawat pada orang dewasa. Dengan mengetahui pemicu spesifik dan menerapkan strategi perawatan yang tepat, Anda dapat mencapai kulit yang lebih bersih dan sehat.
Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai alasan di balik kemunculan jerawat pada usia dewasa, mulai dari faktor internal hingga eksternal. Jerawat dewasa dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari komedo hingga kistik yang meradang, dan seringkali meninggalkan bekas yang sulit hilang.
Faktor Hormonal dan Genetik
Salah satu penyebab utama jerawat pada orang dewasa adalah fluktuasi hormon. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Joshua Zeichner dkk pada tahun 2017 menjelaskan beberapa penyebab orang dewasa bisa jerawatan.
Penyebab pertama adalah hormon androgen yang ada pada pria dan wanita dan dapat memicu kelenjar sebaceous menghasilkan lebih banyak minyak (sebum). Produksi sebum berlebih ini menyumbat pori-pori dan menjadi tempat ideal bagi bakteri penyebab jerawat, seperti Propionibacterium acnes.
Pada wanita, perubahan hormon sering terjadi selama siklus menstruasi, kehamilan, pascapersalinan, atau saat memasuki masa perimenopause dan menopause. Kondisi seperti Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang berujung pada jerawat kistik yang parah. Menurut American Academy of Dermatology (AAD), jerawat hormonal pada wanita dewasa sering muncul di area dagu, rahang, dan leher.
Selain hormon, faktor genetik juga memainkan peran signifikan. Jika orang tua atau anggota keluarga dekat memiliki riwayat jerawat dewasa, kemungkinan Anda mengalaminya juga lebih tinggi. Ini menunjukkan adanya predisposisi genetik terhadap kondisi kulit ini, di mana struktur dan fungsi kelenjar minyak serta respons peradangan dapat diwariskan.
Stres dan Gaya Hidup
Stres adalah pemicu umum lain untuk jerawat pada orang dewasa. Ketika seseorang stres, tubuh melepaskan hormon kortisol yang dapat meningkatkan produksi minyak. Peningkatan sebum ini membuat kulit lebih rentan terhadap timbunan pori dan peradangan. Stres kronis dapat memperburuk kondisi jerawat yang sudah ada atau memicu munculnya jerawat baru.
Mengutip dari TIME, Senin (4/8) stres memicu ekskresi hormon CRH (corticotropin‑releasing hormone) dan cortisol yang meningkatkan produksi minyak (sebum) dan menimbulkan inflamasi kulit. Ini berkontribusi pada pembentukan jerawat dan memperlambat penyembuhan luka kulit
Gaya hidup modern juga berkontribusi. Pola makan tinggi gula dan produk olahan, kurang tidur, serta paparan polusi lingkungan dapat memperburuk kondisi kulit. Makanan dengan indeks glikemik tinggi, meskipun masih dalam penelitian, diduga dapat memicu peradangan dan jerawat.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of the American Academy of Dermatology menunjukkan hubungan antara diet tinggi gula dan produk susu dengan jerawat.
Produk Kosmetik & Perawatan Kulit
Penggunaan produk perawatan kulit dan kosmetik yang tidak tepat juga bisa menjadi biang keladi. Produk yang bersifat komedogenik (menyumbat pori) atau terlalu abrasif dapat mengiritasi kulit dan memicu timbulnya jerawat.
Menurut Verywell Health, fenomena itu biasa dikenal dengan acne cosmetica. Acne cosmetica adalah jerawat ringan namun persisten yang dipicu oleh bahan komedogenik dalam kosmetik atau skincare. Gejalanya umumnya berupa komedo tertutup (whiteheads) atau bintik kecil, dengan sedikit atau tanpa inflamasi, terutama di area pemakaian produk.
Mendukung pernyataan tersebut, sebuah artikel adari SkinHelp Dove Press Study menjelaskan bahwa produk kosmetik yang berat atau berminyak termasuk foundation, tabir surya, lotion, bedak padat mengandung bahan seperti lanolin, mineral oil, petrolatum, shea butter, coconut oil, oligosiloxane, yang dapat menyumbat pori dan memicu komedo. Produk dengan pewarna tertentu (D&C Red dyes), pewangi, atau silikon (misalnya cyclopentasiloxane, dimethicone) juga bisa jadi penyebab.
Studi di Korea juga menemukan bahwa penggunaan bedak dan foundation khususnya meningkatkan risiko jerawat hingga 3,5 kali lipat dibandingkan yang tidak menggunakan produk tersebut. Penting untuk memilih produk yang sesuai dengan jenis kulit dan berlabel 'non-comedogenic' atau 'non-acnegenic' untuk menghindari masalah ini.