Jakarta -
Meninggalkan pekerjaan impian bukan hal yang mudah. Modal nekat dan komitmen yang kuat, siapa sangka mantan pramugari ini jadi pebisnis kuliner yang sukses.
Mengejar cita-cita semasa kecil bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Perjuangan yang mengorbankan tenaga, uang, dan waktu pasti akan dijaga keras ketika telah berhasil didapatkan.
Termasuk mengidamkan untuk menjadi salah satu profesi yang didambakan sejak lama. Ternyata menggapai cita-cita juga belum tentu membuat seseorang merasa puas dan nyaman dengan pekerjaan impiannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satunya seperti kisah seorang wanita yang rela meninggalkan pekerjaan impiannya. Alasannya tak kalah penting demi masa depan dirinya dan keluarga.
Seorang pramugari rela menanggalkan profesinya demi mengelola kedai di pujasera. Foto: Insider
Cherry Tan dilaporkan oleh Insider (10/9) telah memimpikan untuk menjadi seorang pramugari sejak muda. Sejak usia 19 tahun ia telah mencoba untuk melamar pekerjaan menjadi pramugari pada SIngapore Airlines.
Sayangnya keberuntungan tak semulus itu untuknya, ia berujung ditolak. Lantas menghibur kekecewaannya Tan justru memilih untuk menempuh kuliah bisnis di Singapore Institute of Technology.
Nyatanya setelah lulus kuliah ia masih terus melamar pekerjaan sebagai pramugari, bahkan tak menyerah usai ditolak hingga 9 kali. Beruntung dirinya mendapatkan pekerjaan impiannya pada percobaan ke-10 setelah berusaha keras selama 4 tahun.
Tetapi memasuki masa kerja ke lima tahun, Tan mengaku justru bosan dengan pekerjaannya dan menginginkan tantangan lain. Akhirnya ia dan suami, Duncan Hsu, memilih untuk membuat sebuah kedai makanan di kawasan pujasera.
Ia meninggalkan pekerjaan impiannya demi mencari tantangan baru. Foto: Insider
Tan telah resmi mengundurkan diri dari Singapore Airlines dan semua waktunya didedikasikan untuk mengoperasikan kopitiam atau kedai kopi. Semua menunya dijual dengan harga murah meriah karena tujuannya adalah menggaet pelanggan kelas menengah ke bawah.
Tan dan Hsu sampai rela menginvestasikan uangnya hingga Rp 345 juta demi membuka kedai kopi tersebut. Kini bisnisnya diberi nama Kiang Kiang Taiwan Teppanyaki yang secara khusus menyajikan racikan kopi serta gaya teppanyaki mengadaptasi dari Taiwan.
Menu yang ditawarkannya beragam, ada steak, ayam, daging babi, ikan halibut, hingga pendampingnya berupa nasi atau mie. Tan merasa puas karena walaupun pendapatannya tak sama besar tetapi ia tak lagi mengalami pemotongan gaji seperti ketika menjadi pramugari.
Baginya kerja keras menjadi seorang pebisnis kuliner lebih membuat dirinya tertantang dan merasa berkecukupan daripada menjadi pramugari. "Kini aku bekerja 12 jam sehari dan 6 hari seminggu. Tetapi aku tidak punya waktu lagi untuk menghambur-hamburkan uang seperti sebelumnya," papar Tan.
(dfl/odi)