
LINGKUNGAN bersih dan asri termasuk gerakan kepedulian yang dilakukan kampus berdampak. Karena itu ribuan mahasiswa baru Universitas Syiah Kuala (USK) diedukasi cara pengelolaan sampah. Pelatihan pengelolaan sampah dan menjaga kelestarian lingkungan itu dilaksanakan oleh manajemen Bank Sampah Universitas Syiah Kuala (BSU), di Gedung AAC Dayan Dawood, Kampus USK Darussalam Banda Aceh, pada Kamis (14/8).
Materi edukasi antara lain disampaikan oleh Profesor Eti Indarti, pembina BSU USK. Pemateri lainnya yaitu Ketua BSU USK, Rahma Herawati. Acara yang berlangsung dalam rangkaian Pembinaan Akademik dan Karakter Mahasiswa Baru (Pakarmaru) dipandu oleh Wakil Dekan Kemahasiswaan, Alumni dan Kemitraan Profesor Muhammad Irham.
Prof Eti Indarti dalam presentasinya menyampaikan bahwa kehadiran BSU adalah bentuk komitmen USK dalam mewujudkan kelestarian lingkungan. Di antaranya adalah mengurangi sampah di lingkungan kampus negeri tertua di Aceh itu.
Dikatakan Prof Eti, sekarang setiap hari Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) menerima sekitar 300 ton sampah berbagai jenis. Sebagian bahan bekas pakai itu merupakan hasil sampah rumah tangga atau keluarga.
Bila dikaji lebih jauh, timbunan sampah di TPA menjadi suatu penyebab melonjak tinggi pemanasan global. Itu karena proses pembusukan sampah organik di TPA menghasilkan gas rumah kaca, terutama metana (CH₄) dan karbon dioksida (CO₂). Senyawa ini memerangkap panas di atmosfer.
“USK sangat konsen dengan lingkungan sekitar dan seluruhnya. Sehingga kita membangun bank sampah untuk mengurangi beban TPA tersebut," ucap Guru Besar Fakultas Pertanian USK tersebut.
Dijelaskan nya, tahun 2030 nanti pemerintah tidak akan membangun lagi TPA. Berbagai sampah biasa itu akan dikelola sendiri di tempat asalnya. Kehadiran BSU merupakan bentuk tanggung jawab universitas untuk mulai menjawab persoalan sampah tersebut, terutama di lingkungan sekitar.
Eti Indarti mengajak mahasiswa baru USK ini untuk menjadi lebih peduli dengan sampahnya. Apalagi BSU telah terlibat aktif dalam upaya-upaya pengurangan sampah di lingkungan kampus.
Setiap kegiatan universitas, termasuk kegiatan Pakarmaru kali ini, BSU melakukan pemilahan sampah. Lalu BSU turut memproduksi kompos dan eco enzyme. Eco enzyme adalah cairan alami dibuat melalui proses fermentasi sisa buah dan sayuran, gula (seperti gula merah atau molase) dan air.
Berikutnya BSU USK aktif melakukan edukasi pengelolaan sampah baik di lingkungan kampus maupun masyarakat sekitar.
Prof Eti yang dosen fakultas pertanian itu juga mengajak mahasiswa baru USK menjadi nasabah BSU.
"Di mana setiap sampah yang mereka kumpul dan pilah, dapat ditukar menjadi rupiah di BSU," tutur Prof Eti Indarti yang juga Istri dari Rektor USK Profesor Marwa.
Sedangkan, pemateri lainnya yaitu Ketua BSU USK, Rahma Herawati mengatakan, pimpinan USK telah menunjukkan komitmen terhadap pengurangan sampah di kampus ini. Komitmen kuat seperti ini penting dalam mewujudkan lingkungan kampus bebas sampah.
Dikatakan Rahma, Rektor USK Profesor Marwan sudah mengeluarkan Surat Edaran No 8 Tahun 2022 tentang larangan penggunaan kemasan makanan/minuman berbahan plastik di lingkungan universitas.
Adapun poin larangan tersebut di antaranya adalah tidak boleh menggunakan kemasan makanan atau minuman berbahan plastik pada setiap kegiatan universitas, maupun unit kerja. Lalu menyediakan dispenser air minum dan gelas di setiap ruang pertemuan atau aula.
Berikutnya melakukan pengawasan terkait pelaksanaan surat edaran ini di lingkungan masing-masing. Rahma mengajak mahasiswa baru ini untuk lebih peduli.
Mahasiswa baru ini harus menjadi pengawal sampah di USK. Setiap kita harus bertanggung jawab dengan sampahnya sendiri. Kesadaran ini penting demi mewujudkan lingkungan kampus yang bersih.
“Ayo patuhi surat edaran ini. Kalian adalah pengawal kebersihan. Mari kita jaga USK dan Indonesia ini menjadi lebih baik" tambah nya. (H-1)