Liputan6.com, Jakarta Chelsea kembali melanjutkan 'tradisi' transfer dengan Brighton. Kali ini, giliran Julio Enciso yang merapat ke Stamford Bridge, meski melalui jalur berbeda: klub saudara mereka, Strasbourg.
Kabar kepindahan Enciso pertama kali diungkap jurnalis transfer kenamaan, Fabrizio Romano. Gelandang asal Paraguay itu ditebus seharga 20 juta euro oleh BlueCo, konsorsium milik Todd Boehly yang menaungi baik Chelsea maupun Strasbourg.
Meski sudah resmi dibeli, Enciso tidak langsung berseragam Chelsea. Sesuai pola yang kerap dipakai BlueCo, sang pemain akan lebih dulu bermain untuk Strasbourg di Ligue 1. Nantinya, ia bisa diproyeksikan naik kelas ke Chelsea atau dilepas jika tak masuk rencana jangka panjang.
Model bisnis ini sudah dijalankan beberapa kali. Andrey Santos, misalnya, sempat 'disekolahkan' ke Strasbourg sebelum kembali ke Chelsea musim ini.
Bahkan, saat ini ada empat pemain muda The Blues yang sedang dipinjamkan ke klub Prancis tersebut: Kendry Paez, Mike Penders, Mathis Amougou, dan Mamadou Sarr.
Jejak Enciso di Brighton
Enciso sendiri baru berusia 21 tahun, namun sudah mencicipi Premier League bersama Brighton. Musim lalu ia tampil 16 kali dengan torehan satu gol.
Pada paruh kedua musim, ia dipinjamkan ke Ipswich Town dan cukup produktif dengan mencatatkan 13 laga serta dua gol.
Performa itu cukup membuatnya tetap dilirik tim besar. Chelsea, yang memang tengah gencar mengamankan talenta muda, melihat Enciso sebagai investasi jangka panjang.
Hubungan Chelsea dan Brighton
Transfer Enciso makin menambah panjang daftar pemain yang berpindah antara Chelsea dan Brighton. Dalam beberapa tahun terakhir, The Blues sukses merekrut Robert Sanchez, Marc Cucurella, Moises Caicedo, hingga Joao Pedro dari The Seagulls.
Sebaliknya, Brighton juga sering memanfaatkan surplus pemain Chelsea. Nama-nama seperti Levi Colwill dan Billy Gilmour sempat merapat ke Amex Stadium.
Dengan masuknya Enciso lewat Strasbourg, Chelsea sekali lagi menunjukkan strategi transfer mereka yang unik di era Todd Boehly, bukan hanya mengumpulkan talenta muda, tapi juga memanfaatkan kepemilikan multi-klub untuk membangun 'jembatan' karier para pemain.
Sumber: Fabrizio Romano