Semarang, Jateng (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menyebutkan pertumbuhan ekonomi di wilayahnya pada triwulan II 2025, yang mencapai 5,28 persen secara tahunan, adalah berkat pendekatan pemerintahan kolaboratif (collaborative government).
"Kami lakukan collaborative government. Kami sudah menumbuhkan ekonomi baru di masing-masing eks karesidenan. Ekonomi baru itu kami tumbuhkan secara bersama-sama," katanya usai rapat paripurna di Gedung DPRD Jateng, Semarang, Jateng, Selasa.
Collaborative government adalah pendekatan dalam tata kelola pemerintahan yang melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta untuk bekerja sama dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan publik.
Menurut Luthfi, peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan hasil dari kerja kolaboratif dari berbagai pihak, sehingga kolaborasi harus terus digalakkan agar dapat mempertahankan dan menggenjot pertumbuhan ekonomi di Jateng.
Kerja kolaboratif dengan menciptakan aglomerasi wilayah tersebut sudah diwujudkan melalui gelaran Soloraya Great Sale 2025, yang mencatatkan nilai transaksi sebesar Rp10,7 triliun dengan frekuensi transaksi sebanyak 5,4 juta pada Juli 2025.
"Nanti akan kami putar di daerah lain," kata mantan Kapolda Jateng itu.
Langkah lain yang ditempuh untuk mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah penguatan kerja sama sister province dan sister city dengan negara lain sebagai jalan untuk membuka dan menambah nilai investasi yang masuk ke Jateng.
"Sister province dan sister city di antaranya dengan China, Malaka, dan Singapura. Kami jadikan investasi di wilayah kita itu betul-betul menarik bagi negara lain," katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Jateng pada triwulan II 2025 secara tahunan (year on year) mencapai 5,28 persen, atau meningkat dibanding periode sama tahun lalu sebesar 4,93 persen.
Dari Data BPS juga menyebutkan lapangan usaha di Jateng mengalami pertumbuhan signifikan, di antaranya sektor informasi dan komunikasi sebesar 9,97 persen, jasa lainnya sebesar 9,86 persen, serta penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 9,42 persen.
Lapangan usaha yang memiliki peran dominan dan mencatatkan pertumbuhan positif, di antaranya industri pengolahan tumbuh sebesar 4,47 persen; perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tumbuh sebesar 4,56 persen; pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 1,14 persen; dan konstruksi tumbuh sebesar 8,90 persen.
Lapangan usaha lainnya yang tumbuh positif, di antaranya jasa perusahaan sebesar 7,95 persen; jasa pendidikan sebesar 7,33 persen; dan transportasi dan pergudangan sebesar 7,29 persen.
"Banyak (sektor yang perlu ditingkatkan). Di Jateng ini sektor industrinya paling banyak padat karya karena tenaga kerja kita kompetitif, lahan besar, dan aman. Para investor lebih banyak tertarik Jateng karena sangat kondusif sekali. Tentu masih banyak yang perlu dieksplorasi lagi," kata Luthfi.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.