
KASUS oplosan beras menjadi alasan utama dari puluhan penggilingan padi di Sragen belakangan ini. Tepatnya mereka khawatir menjadi incaran Satgas Pangan Polri, karena selama ini sebagian di antara mereka melakukan kombinasi sejumlah jenis gabah, untuk menjadikan beras agar pulen dan enak.
"Ini semua jamak dilakukan kalangan penggilingan. Dan ini bukan penipuan, tapi bagaimana hasil beras penggilingan menjadi empuk, pulen dan enak. Kita tidak berbicara premium atau medium. Tapi lalu muncul kasus beras oplosan ditangani Satgas Pangan Polri, tentu kita menjadi ketakutan. Karena itu lebih baik tutup ketimbang bermasalah," ungkap seorang pemilik penggilingan padi di wilayah Sragen barat.
Alasan lainnya adalah karena situasi bisnis, yakni harga gabah kini jauh diatas harga pembelian pemerintah (HPP) yang dipatok Rp6500. Hingga pertengahan Agustus ini, hasil panenan gabah petani dihargai kisara Rp7450 - Rp7850/kg oleh pengusaha besar.
Pengusaha penggilingan padi di Sragen, Edi Narwanto, membenarkan adanya banyak pabrik penggilingan skala kecil di Bumi Sukowati yang tutup dalam beberapa hari terakhir ini.
"Ya sejak pabrik rice to rice atau pengolah beras pecah kulit (PK) menjadi beras putih berhenti beroperasi, maka banyak di antara kami tutup. Dan Perpadi (Perhimpunan Pengusaha Beras dan Padi) sudah memaklumi, meski kita tidak perlu lapor," beber Edi.
Kalangan penggilingan padi di Sragen tidak setuju dengan istilah beras oplosan. Sejauh ini praktik yang mereka lakukan adalah kombinasi beberapa jenis beras agar menghasilkan kualitas yang lebih baik, dan bukan untuk menipu konsumen.
Namun kemudian, belakangan muncul kasus oplosan beras yang ditangani Polri. Karena itu ketimbang bermasalah, banyak penggilingan memilih tutup, sebagai antisipasi.
" Ya daripada takut ya sudah tutup saja," imbuh pemilik penggilingan padi lainnya yang enggan disebut namanya. Kegiatan penutupan ini juga otomatis menghentikan pembelian gabah petani
Para petani yang tidak memiliki panen banyak, karena memang belum saatnya panen besar MT III, masih bisa menjual harga di atas HPP, dengan volume terbatas. Diprediksi pada periode September, atau menjelang panen raya MT III pada Oktober, harga gabah kering panen akan semakin tinggi lagi.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan ( KTNA ) Sragen, Suratno memprediksi kalangan petani Sragen masih akan menikmati harga gabah sangat baik, hingga menjelang Oktober. "September dimungkinkan merupakan puncak harga gabah," kata Suratno.