Pembicaraan awal antara pejabat pertahanan Thailand dan Kamboja dimulai hari ini di Malaysia jelang pertemuan tingkat menteri beberapa hari mendatang. Para menteri pertahanan dijadwalkan akan menggelar pertemuan Komite Perbatasan Umum untuk membahas bagaimana mempertahankan gencatan senjata di perbatasan.
Dikutip dari Reuters, Senin (4/8), pertemuan tingkat menteri pertahanan kedua negara dijadwalkan pada Kamis (7/8) mendatang dan akan diawasi oleh perwakilan dari AS, China, dan Malaysia.
Meski perundingan masih berlangsung, tapi baik Thailand dan Kamboja masih belum bisa mempercayai satu sama lain. Kementerian Pertahanan Kamboja menuduh Thailand melanggar kesepakatan gencatan dengan menggunakan ekskavator dan memasang kawat berduri di wilayah perbatasan yang disengketakan.
"Namun ada laporan bahwa pihak Kamboja telah mengubah posisi mereka dan memperkuat pasukan mereka di wilayah-wilayah penting untuk menggantikan personel yang hilang di setiap wilayah," kata juru bicara militer Thailand, Laksamana Muda Surasant Kongsiri.
Kamboja juga mendesak Thailand untuk membebaskan 18 prajurit yang masih ditahan sesegera mungkin. Dalam sebuah pernyataan, Thailand mengatakan prajurit Kamboja itu diperlakukan dengan baik sebagai tahanan perang.
"Mereka akan dibebaskan setelah penghentian total konflik bersenjata, bukan hanya gencatan senjata," katanya.
Bentrokan bersenjata di perbatasan Thailand dan Kamboja terjadi selama 5 hari. Kedua pihak akhirnya menyepakati gencatan senjata dalam perundingan damai yang dimediasi Malaysia dan dibantu AS dan China sebagai pemantau pekan lalu.
Bentrokan bersenjata ini menjadi yang terparah dalam satu dekade terakhir. Setidaknya 43 orang tewas dan lebih dari 300 ribu orang harus mengungsi akibat bentrokan itu.