KETUA Dewan Perwakilan Rakyat Puan Maharani menilai permintaan maaf terbuka pejabat PT Kereta Api Indonesia atau PT KAI atas insiden anjloknya KA 1 Argo Bromo Anggrek tidak cukup. Puan mengatakan, sebagai tanggung jawab publik, perlu ada perbaikan nyata dalam sistem dan manajemen transportasi nasional.
"Permintaan maaf itu baik, tapi jangan berhenti di situ. Yang dibutuhkan publik bukan sekadar simbol empati,” kata Puan melalui keterangan tertulis pada Jumat, 8 Agustus 2025. “Jangan sampai ini hanya menjadi gimmick.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Puan, permintaan maaf adalah bagian dari akuntabilitas. Namun, masyarakat juga menanti reformasi menyeluruh di sektor transportasi, termasuk perbaikan Standar Operasional Prosedur (SOP), mitigasi risiko kecelakaan, dan peningkatan kualitas layanan.
Puan mendorong evaluasi terhadap koordinasi antara operator dan regulator kereta api. Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini juga menekankan pentingnya pembaruan teknologi dan digitalisasi. "Keselamatan penumpang adalah hal utama,” kata dia.
Kereta Api 1 Argo Bromo Anggrek relasi Surabaya Pasarturi-Gambir anjlok di Stasiun Pegadenbaru, Kabupaten Subang, Jawa Barat, pada Jumat, 1 Agustus 2025. Insiden tersebut tidak mengakibatkan korban jiwa, tapi kecelakaan tersebut menyebabkan 440 ribu pemilik tiket batal berangkat. Sebanyak 17 perjalanan kereta api dibatalkan. Esok harinya 54 perjalanan juga mengalami keterlambatan.
Dirut PT KAI Didiek Hartantyo menyampaikan permintaan maaf atas insiden tersebut. Didiek sampai menunjukkan gestur membungkuk saat menyampaikan permintaan maafnya itu, bersama dengan jajarannya yang mendampingi saat konferensi pers. Sebagai bentuk pertanggungjawaban, KAI akan mengembalikan uang pelanggan.