
PARTAI puncak AS Terbuka 2025 di sektor tunggal putri akan mempertemukan Aryna Sabalenka melawan petenis tuan rumah Amanda Anisimova. Duel final bakal menyajikan karakter berbeda dengan Sabalenka selaku juara bertahan sekaligus petenis nomor satu dunia sedangkan Anisimova kini menjadi bintang AS yang naik daun.
Final kali ini juga beraroma balas dendam. Sabalenka ingin menebus kekalahan di Wimbledon adapun Anisimova membawa misi untuk mengukir gelar grand slam pertamanya di hadapan publik sendiri.
Laga final yang akan berlangsung pada Minggu (7/9) WIB dipastikan menjadi tontonan seru di Flushing Meadows. Secara head-to-head, Anisimova memiliki catatan lebih baik atas Sabalenka dengan 6-3 termasuk kemenangan di semifinal Wimbledon 2025 lalu.
Dalam duel nanti, Sabalenka diperkirakan akan mengandalkan kekuatan servis serta baseline rally panjang untuk meredam agresivitas lawannya. Sementara itu, Anisimova kemungkinan besar kembali mencoba mencuri momentum sejak awal dengan pukulan cepat dengan gaya first-strike.
Sabalenka datang dengan status unggulan utama dan catatan konsistensi luar biasa di turnamen grand slam. Petenis Belarusia berusia 27 tahun itu akan tampil di final ketiga berturut-turut di Flushing Meadows, sekaligus berpeluang menjadi yang pertama mempertahankan gelar AS Terbuka sejak Serena Williams pada 2014.
"Saya sangat bahagia bisa kembali ke final dan berharap bisa menyelesaikan semuanya lagi,” ujar Sabalenka.
Dia memastikan tiket partai puncak usai menyingkirkan wakil tuan rumah lainnya, Jessica Pegula, pada laga semifinal, Jumat (5/9). Sempat kalah di set pertama 4-6, ia bangkit dan menutup dua set berikutnya dengan skor 6-3, 6-4.
Pertandingan tersebut menandai final keempat dari lima grand slam terakhir bagi Sabalenka meski sejak edisi AS Terbuka 2024 dia belum menambah koleksi tiga gelar mayor yang sudah dimiliki.
“Saya sangat ingin memberi diri saya kesempatan lain. Saya ingin membuktikan bahwa saya sudah belajar dari kekalahan-kekalahan final sebelumnya,” tutur Sabalenka.
“Itu pertandingan yang benar-benar sulit, dia (Pegula) bermain luar biasa seperti biasanya dan saya harus bekerja keras untuk meraih kemenangan ini," imbuhnya mengomentari duel semifinal kontra Pegula.
Di sisi lain, Anisimova menunjukkan kebangkitan mental dan teknik setelah musim panas yang naik turun. Hanya delapan pekan setelah mengalami kekalahan telak 0-6, 0-6 dari Iga Swiatek di final Wimbledon lalu, petenis 24 tahun asal New Jersey itu bangkit.
Anisimova menghapus trauma dengan menyingkirkan Swiatek di perempat final lalu menuntaskan perjalanan Naomi Osaka di semifinal.
Tiket ke final diraihnya dengan perjuangan keras usai duel maraton hampir tiga jam melawan Osaka. Dia kalah di set pertama lewat tie-break 6-7 (4/7) lalu membalas di set kedua dengan skor 7-6 (7/3) lalu menang 6-3 di set penentuan.
Seusai laga, Anisimova tersungkur di lapangan sambil menepuk-nepuk lapangan. Dia terharu bisa mencapai final pertama di AS Terbuka.
“Saya tidak yakin bisa sampai garis akhir. Saya mencoba menggali kekuatan terdalam. Itu pertarungan besar. Rasanya seperti mimpi yang jadi kenyataan. Harapannya tentu menjadi juara, tetapi saya sudah di final dan sangat bersemangat,” kata Anisimova. (AFP/I-1)