Menteri Pertahanan Kamboja Tea Seiha dan Plt Menteri Pertahanan Thailand Nattaphon Narkphanit bertemu di Markas Besar Angkatan Bersenjata Malaysia di Kuala Lumpur untuk membahas persyaratan gencatan senjata permanen di wilayah perbatasan yang jadi sengketa.
Dalam pertemuan itu, keduanya sepakat mengizinkan observer (pemantau) dari ASEAN untuk memantau perbatasan yang jadi sumber konflik dan membantu memastikan agar permusuhan Thailand-Kamboja tidak terulang lagi.
"Akan ada tim pemantau (observer) yang terdiri dari atase militer ASEAN yang berbasis Thailand dan Kamboja, yang dipimpin oleh Malaysia," kata Nattaphon kepada wartawan usai pertemuan di Malaysia, dikutip dari Reuters, Kamis (7/8).
"Thailand dan Kamboja adalah tetangga dengan perbatasan bersama yang dapat menjauhkan kami dari satu sama lain. Resolusi akan memungkinkan rakyat kami kembali ke kehidupan yang damai," katanya lagi.
Persyaratan perdamaian dirumuskan selama perundingan 3 hari antara pejabat senior di Kuala Lumpur dan difinalisasi pada hari keempat di hadapan para pemantau dari China dan AS.
"Kedua pihak menyepakati ketentuan pelaksanaan gencatan senjata dan memperbaiki komunikasi antar kedua militer," kata PM Kamboja Hun Manet di media sosial.
Perselisihan perbatasan sepanjang 817 kilometer antara Thailand dan Kamboja terjadi selama puluhan tahun. Konflik perbatasan semakin memanas ketika militer kedua negara baku tembak bulan Juli lalu.
Pertempuran antara kedua negara di perbatasan terjadi selama 5 hari, menjadikannya pertempuran paling parah dalam satu dekade terakhir. Sebanyak 43 orang tewas dan 300 ribu orang di kedua negara harus mengungsi akibat pertempuran itu.