Wakil Menteri Tenaga Kerja Imanuel Ebenezer memberikan pandangannya terkait polemik pengibaran bendera dari anime One Piece yang disebut jadi ketidakpuasan masyarakat atas kondisi pemerintahan saat ini. Ia tak sepakat atas anggapan tersebut.
Alih-alih simbol pemberontakan, Noel--panggilan akrabnya, justru merasa ini adalah ekspresi anak muda yang terpengaruh budaya populer.
Ini adalah cara mereka menunjukkan perasaan. Bahwa sejatinya, generasi muda ini ingin membantu memperbaiki kondisi saat ini.
"Generasi muda hari ini tumbuh di tengah banjir informasi, hiburan, dan simbol fiksi. Mereka akrab dengan cerita-cerita seperti One Piece yang penuh pesan kebebasan, persahabatan, dan perlawanan terhadap ketidakadilan. Dalam cerita itu, tokoh-tokoh memberontak bukan karena mereka benci dunia, tapi karena ingin memperbaikinya," ucap Noel, lewat keterangannya, Selasa (6/8).
Lebih jauh, Noel merasa ini adalah luapan perasaan anak muda yang justru menemukan kebersamaan, keadilan dan solidaritas di kehidupan nyata, tapi mereka malah menemukannya di dunia fiksi.
Lantas, ini adalah momen yang tepat bagi negara untuk hadir bersama mereka, mendengar dan memahami.
"Tugas negara bukan sekadar menegur atau melarang. Tugas negara adalah mendengar, memahami, lalu mengajak mereka kembali dengan cara yang lebih manusiawi," kata Noel.
Jangan Buru-buru Beri Cap Pemberontak
Dalam kisah yang dibawakan anime One Piece karya Eiichiro Oda, jalan cerita memang berpusat pada petualangan bajak laut mencari harta karun mistis, dan memberontak kepada suatu pemerintahan negara, yang disebut sebagai 'World Government'.
Karakter utama One Piece, Monkey D. Luffy tak tunduk kepada otoritas dunia ini. Sementara bendera 'One Piece' yang banyak dikibarkan masyarakat, adalah bendera yang sama, dengan yang dikibarkan Luffy di kapalnya.
Tapi, tak serta-merta kibaran bendera ini adalah wujud pemberontakan yang sama dengan yang ada di jalan Oda itu.
"Munculnya simbol alternatif ini adalah tanda lain: mereka ingin didengar," kata Noel.
Maka, tak perlu buru-buru memberi cap bahwa setiap pengibar bendera 'One Piece' adalah pemberontak.
"Menganggap mereka anti-negara hanya akan memperlebar jarak dan menutup pintu dialog. Padahal mereka masih cinta negeri ini. Mereka hormat pada merah putih, tapi kecewa pada cara pengurus negara menjalankan amanah. Cinta dan kecewa bisa hidup berdampingan. Justru karena cinta itulah mereka ingin perubahan," paparnya.
Di akhir pandangannya, Noel melihat fenomena ini sebagai alarm sosial. Peringatan, bahwa ada jarak lebar antara penguasa atau negara dengan generasi mudanya.
"Kita akan menemukan pesan yang sederhana: mereka ingin diperhatika...